Kapan terakhir kali kita tertawa lepas? Tanpa beban, tanpa canggung, tanpa khawatir. Sampai bahu terguncang, perut kaku, nafas tersengal, air mata keluar, dan otot pipi yang pegal.
Menertawakan apa? Menertawakan "Bukan Apa-Apa". Hanya dengan sentilan kecil, sudah cukup membuat terpingkal. Dan aku rasa, yang seperti ini sudah mulai jarang ditemukan di dunia yang manusianya serba tergantung pada teknologi. Yang mulai dihinggapi ketidakpercayaan, baik pada orang lain maupun diri sendiri.
Hidup adalah sebuah sekolah. Tempat di mana kita sebagai manusia terus belajar. Sampai akhir. Tak terputus, tak terbatas. Tinggal kita mau melakukannya atau hanya berjalan saja pada sebuah rutinitas. Semakin ke sini, dua puluh empat jam sehari seperti tak pernah cukup. Terlalu cepat. Atau apakah kita yang terlalu sibuk dan enggan menyempatkan waktu untuk kontemplasi? Atau apakah semenit saja terlalu sayang bagi kita untuk meresapi makna pada sebuah peristiwa yang baru saja terjadi? Kita yang tak menyadari atau terlalu menikmati?
Hadirnya empat orang ini di tempat kerjaku memberikan warna baru. Sudah cukup sering kami menerima mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian, tapi baru kali ini ada yang bisa memberikan senyum bagi semua orang. Mereka hadir saat kami semua lelah, saat kami semua penat. Bahkan seakan-akan kami lupa bagaimana caranya tertawa lepas tanpa alasan. Dan mereka datang mengingatkan kami akan hal tersebut yang sudah lama tertinggal.
Awalnya biasa saja. Dan seperti yang sudah-sudah, perkenalan akan pribadi masing-masing serta tujuan penelitian. Entah kenapa mereka berempat dari awal diletakkan di bidangku. Yang kalau ditilik dari pendidikan mereka dengan tupoksi pekerjaan di bidangku bisa dibilang sama sekali nggak nyambung. Lagi-lagi aku percaya, Tuhan bekerja menggerakkan umatNya dengan caraNya sendiri. Kuarahkan agar mereka mendapat data yang mereka butuhkan, sembari membantu beberapa tugas pekerjaan.
Waktu berjalan, lambat laun kami mengenal lebih dari biasanya. Tapi dari semua itu, yang paling membekas bagiku adalah tawa mereka. Cara mereka bercanda, cara mereka bersikap. Apakah kami yang semakin menua hingga tak lagi menemukan alasan untuk tertawa? Terlalu banyak energi negatif yang membuatku lelah pada saat itu. Ketidakpercayaan, kemarahan, kekecewaan, keengganan.
Melihat mereka menyadarkanku bahwa waktu terlalu berharga untuk dilalui tanpa bahagia. Menemukan kebahagiaan tak sesulit yang dibayangkan. Tinggal sudut pandang mana yang kita gunakan untuk menyaksikan. Serta maukah kita untuk memandang positif dari hal-hal negatif yang kita temukan? Dan aku percaya, selalu ada hal positif, meskipun itu sedikit, pada hal negatif.
Kehadiran mereka tak hanya berpengaruh padaku, tapi kulihat juga pada rekan kerjaku yang lain. Keterlibatan mereka dalam setiap kegiatan selalu diinginkan. Aku rasa, ketulusan mereka yang menggerakkan hati kami semua. Bahkan hanya dengan memandang mereka tertawa berempat sudah bisa menyunggingkan senyum bagi kami, menularkan energi positif bagi kami.
Dan akhirnya, kami terlalu menikmati kebersamaan dengan mereka, hingga tiba waktu mereka harus kembali pada kehidupan semula sebagai mahasiswa. Berat bagi kami, baru tersadar waktu berlari. Harapan kami tali silaturahim terus terjaga sampai nanti. Karena manusia diciptakan tak pernah sendiri. Selalu ada hal yang bisa dipetik dan dimaknai. Dari setiap pertemuan, dari setiap perpisahan, dari menjaga persaudaraan.
Untuk Aldo, kuharap semakin ke depan kamu semakin menemukan kedewasaan, menemukan jati diri yang sebenarnya, menemukan "Aldo" sejatinya seperti apa.
Untuk Aji, kudoakan apa yang kau inginkan, selama itu memiliki niat baik, semoga terkabulkan oleh Tuhan. Karena setiap hal baik yang kita niatkan dan inginkan, pasti akan terkabulkan, semesta akan mendukung, hanya menunggu waktu yang tepat untuk terlaksana.
Untuk Dinno, semoga menjadi lebih baik lagi, memberikan semakin banyak kebahagiaan bagi orang lain di sekitarmu. Seperti apa yang telah kau sampaikan, "Jangan lupa bahagia, karena dunia tidak sesempit seperti yang kita bayangkan."
Untuk Bagaskara, tetaplah menjadi Bagaskara yang kukenal. Tetaplah menjadi bijak tanpa menggurui, tetaplah memberikan pemahaman baik bagi orang lain tanpa pamrih. Teruslah belajar sampai nanti. Semoga lelahmu, menjadi Lillah.
Untuk kalian berempat, TERIMA KASIH. Adanya kalian mengajarkan banyak hal pada kami. Semoga satu bulan kalian bersama kami, apa yang telah kalian pelajari, segala yang baik semoga bermanfaat, yang kurang baik jadikan pelajaran. Kudoakan kalian sukses dengan cara dan jalan masing-masing.
AnindRustiyan
No comments:
Post a Comment