Tuesday, 16 April 2019

Jika Tidak Ingin Hitam, Pun Tidak Memilih Putih

Suatu ketika, seorang sahabat mengirim pesan via aplikasi Whatsapp, merangkum cerita wayang yang pernah kami diskusikan bersama. Yang kami jadikan salah satu referensi tentang perspektif kehidupan, cermin dari peristiwa yang ada di dunia. Dongeng lama tentang kebaikan dan keburukan. Atau, yang ingin dipercaya sebagaimana demikian. Izinkan saya mengutip rangkuman sahabat saya dalam postingan di sini.
 
Tadi pagi dapat cerita lucu dari seorang teman tentang Pandawa dan Kurawa yang sama-sama berjuang untuk sebuah kemenangan. Kita tentu sudah tahu sifat Kurawa seperti apa dan sebaliknya sifat Pandawa juga seperti apa. Dalam cerita, selalu disebutkan bahwa Pandawa memiliki sifat yang baik dan tak pernah jahat, sebaliknya Kurawa identik dengan sifat iri dengki dan penuh tipu muslihat.
Tapi perlu diingat dan diperhatikan, bahwa Pandawa memperoleh kemenangan di Baratayudha juga dengan beberapa kecurangan yang dilakukan dengan sengaja dan melanggar aturan dalam suatu peperangan.

Jika yang anda inginkan saat ini adalah sebuah kemenangan, maka silahkan pilih tokoh yang sesuai dari yang anda inginkan baik dari sifat-sifat Kurawa maupun Pandawa.

Tapi saya sendiri tidak ingin memilih kemenangan tersebut karena kemenangan yang diperoleh Pandawa didapat dengan suatu pengorbanan. Seperti contoh, tokoh yang terkenal paling jujur Yudistira pernah menyampaikan berita hoax yang menyebabkan gurunya terbunuh. Tokoh satria yang gagah dan diidolakan wanita yaitu Arjuna, dia hanya bisa mengalahkan lawan tandingnya dengan senjata panah yang sakti pada saat lawannya sedang tidak mengangkat senjata untuk berperang. Tokoh yang gagah berani dan perkasa Bima, dia hanya bisa mengalahkan lawan tandingnya dengan memukulkan gada saktinya ke arah (bagian terlarang) dari tubuh lawannya. Dan juga terkaparnya sang penjaga Hastina Pura Bisma tentu dengan kecurangan yang dilakukan pihak Pandawa.

Kesimpulannya yaitu saya akan menjaga diri saya dan tetap percaya akan adanya karma, karena diceritakan kembali oleh teman saya bahwa tidak satupun anak-anak dari Pandawa yang tidak terbunuh oleh Kurawa karena mungkin itu karma dari para orang tuanya.
 
Ini hanya bagian cerita dari suatu karya seni dalam kitab Mahabarata.
 
Semoga ada manfaatnya bagi kita πŸ™πŸΌπŸ™πŸΌπŸ™πŸΌ

Dongeng tentang Pandawa dan Kurawa sudah sejak dulu diceritakan dengan berbagai pengemasan. Dari apa yang disampaikan oleh sahabat saya, jika dihadapkan pada suatu peristiwa di mana harus memilih menjadi baik atau buruk untuk memenangkan suatu hal dalam arena, diam bisa menjadi pilihan. Tidak menjadi baik, pun tidak memilih untuk buruk. Tidak selamanya baik adalah yang terbaik, tidak selamanya buruk itu buruk. Tidak selalu harus menjadi hitam, tidak mesti harus selalu putih. Bukan berarti pula abu-abu. Ada masa di mana kamu tak harus memihak. Ada masa di mana kamu tak perlu memilih. Tapi menjadi dirimu sendiri. Bagi kebanyakan orang, mungkin diam bukanlah satu-satunya solusi, diam mungkin tidak akan membuat masalah benar-benar selesai, tetapi setidaknya, diam yang kita lakukan tidak akan semakin menyakiti yang lainnya. Karena kita bukan mereka.

Tulisan ini mungkin akan menimbulkan sebuah pertanyaan, memunculkan kesimpulan, atau bahkan membentuk sebuah keyakinan. Silakan saja, itu hak Anda. Tak perlu ada klarifikasi apapun. Karena terkadang, bahkan mungkin sering, manusia hanya ingin mendengar apa yang ingin dia dengar. Tanpa peduli fakta yang sebenarnya dari sebuah peristiwa.



Blitar, 16 April 2019
Satu badai telah usai. Tunas baru telah disemai.

 

No comments:

Post a Comment