Thursday, 27 November 2014

Review : Dikatakan Atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta

Ada banyak orang yang suka mengungkapkan apa yang dia rasakan dengan gamblang, termasuk ketika ia jatuh cinta. Entah itu dengan terang-terangan "I love you" atau dengan bahasa puitis yang tersirat, diwakilkan dengan lagu, dengan bunga, dengan apapun.
Tetapi ada juga orang yang begitu pemalu untuk mengungkapkan cinta. Ia simpan rasa sukanya dalam hati. Ditunjukkannya dengan perhatian, atau dalam lantunan doa.

Tere Liye kini menjadi salah satu penulis yang digandrungi para pecinta. Buku ini adalah buku kedelapannya yang kemudian membuat saya menjadi penasaran dengan bukunya yang lain. Buku setebal 72 halaman ini berisi kumpulan sajak tentang cinta, tentang rindu, tentang perasaan. Dengan kata-kata yang bisa mewakili apa yang dirasakan para pecinta, yang menenangkan mereka yang sedang bertanya-tanya tentang cinta, disertai ilustrasi di tiap sajaknya, memberi sajian tersendiri bagi para pecinta yang sedang membacanya. Bahkan sangat mungkin akan ditulis ulang jadi status di media sosial, menjadi bahasa tersirat untuk menyentil mereka yang dicinta, karena biasanya para pecinta yang sedang jatuh cinta, menjadi pemalu mendadak untuk mengungkapkan perasaannya, seterbuka apapun mereka.

Buku ini seakan menjawab pertanyaan saya, kenapa ada pecinta yang menyimpan rasa cintanya dalam hatinya saja,  tanpa menunjukkannya pada dunia. Seolah-olah tak ingin mengakui statusnya, tidak bangga dengan keberadaan pasangannya. Setelah membaca buku ini, saya jadi bisa melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Tidak banyak orang yang bisa mengungkapkan cintanya dengan verbal. Meskipun terkadang bahasa tubuh ketika jatuh cinta tak dapat disembunyikan. Tetapi bibir mereka tak pernah mengutarakan cinta. Ternyata kata cinta itu disebut berulang-ulang dalam hatinya, dalam doanya, dalam sujudnya. Karena mereka percaya jodoh tak akan ke mana. Jika memang cinta itu untuknya, tanpa perlu digembar-gemborkan, tetap akan menjadi miliknya. Dikatakan atau tidak dikatakan, itu tetap cinta.


anindrustiyan

Review : Aku Ingin Jatuh Cinta Sesakit-sakitnya

Berapa banyak kamu menangis karena cinta?
Berapa banyak kamu mengalami patah hati?
Berapa banyak kamu merasakan sakit hati, sesak nafas, pikiran yang tak bisa lepas dari dia, karena cinta?
Ada yang pernah bilang, berani merasakan cinta, berarti juga siap untuk merasakan sakitnya. Dan berapa pun banyaknya orang yang sudah mengalami sakit hati, kecewa, terluka, sedih, marah, karena cinta, mereka selalu tak pernah kapok untuk mencinta.
Adimodel menuangkan semuanya dalam 144 halaman. Tentang awal mencinta yang tak perlu alasan, tentang rupa cinta, tentang rindu yang menjadikanmu tak dapat tidur, tentang keegoisan para pecinta yang ingin memiliki cinta untuknya sendiri, tentang keinginan, tentang harapan, tentang tuntutan, dan tentang menunggu.

Orang yang jatuh cinta memang terkadang menjadi tak normal. Adimodel menuliskannya dengan lugas, tapi romantis juga. Ia yang biasanya mengekspresikan karyanya dalam karya fotografi, kini mengekspresikan cinta dalam tulisan. Apa yang biasanya dialami para pecinta, apa yang diinginkan dan diharapkan pecinta, bagaimana pikiran para pecinta ketika jatuh cinta, ia tulis semua. Apa yang biasa saya dan teman-teman saya alami, semua terwakilkan di sini. Ketika para pecinta tak sanggup menuliskannya, Adimodel mewakilkannya. Disertai ilustrasi apik dari beberapa ilustrator yang semakin mewakili apa itu cinta, apa itu menunggu, apa itu rindu, menjadikan buku ini semakin tidak membosankan.

Ini bukan kumpulan sajak, bukan pula novel. Tetapi kumpulan kata yang ingin diungkapkan para pecinta ketika jatuh cinta. Ketika mereka merasakan sakit karena cinta, tapi tak pernah berhenti untuk terus mencinta.
Selamat membaca, selamat jatuh cinta sesakit-sakitnya.


anindrustiyan