Ada banyak orang yang suka mengungkapkan apa yang dia rasakan dengan gamblang, termasuk ketika ia jatuh cinta. Entah itu dengan terang-terangan "I love you" atau dengan bahasa puitis yang tersirat, diwakilkan dengan lagu, dengan bunga, dengan apapun.
Tetapi ada juga orang yang begitu pemalu untuk mengungkapkan cinta. Ia simpan rasa sukanya dalam hati. Ditunjukkannya dengan perhatian, atau dalam lantunan doa.
Tere Liye kini menjadi salah satu penulis yang digandrungi para pecinta. Buku ini adalah buku kedelapannya yang kemudian membuat saya menjadi penasaran dengan bukunya yang lain. Buku setebal 72 halaman ini berisi kumpulan sajak tentang cinta, tentang rindu, tentang perasaan. Dengan kata-kata yang bisa mewakili apa yang dirasakan para pecinta, yang menenangkan mereka yang sedang bertanya-tanya tentang cinta, disertai ilustrasi di tiap sajaknya, memberi sajian tersendiri bagi para pecinta yang sedang membacanya. Bahkan sangat mungkin akan ditulis ulang jadi status di media sosial, menjadi bahasa tersirat untuk menyentil mereka yang dicinta, karena biasanya para pecinta yang sedang jatuh cinta, menjadi pemalu mendadak untuk mengungkapkan perasaannya, seterbuka apapun mereka.
Buku ini seakan menjawab pertanyaan saya, kenapa ada pecinta yang menyimpan rasa cintanya dalam hatinya saja, tanpa menunjukkannya pada dunia. Seolah-olah tak ingin mengakui statusnya, tidak bangga dengan keberadaan pasangannya. Setelah membaca buku ini, saya jadi bisa melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Tidak banyak orang yang bisa mengungkapkan cintanya dengan verbal. Meskipun terkadang bahasa tubuh ketika jatuh cinta tak dapat disembunyikan. Tetapi bibir mereka tak pernah mengutarakan cinta. Ternyata kata cinta itu disebut berulang-ulang dalam hatinya, dalam doanya, dalam sujudnya. Karena mereka percaya jodoh tak akan ke mana. Jika memang cinta itu untuknya, tanpa perlu digembar-gemborkan, tetap akan menjadi miliknya. Dikatakan atau tidak dikatakan, itu tetap cinta.
anindrustiyan