Tuesday 14 August 2012

Catatan Semarang - Semua Berjalan Begitu Cepat (Day 3)

Kali ini Mama yang bangun terlebih dulu daripada saya. Beliau sibuk membereskan barang bawaan agar ringkas dan tak merepotkan. Rencananya kami dijemput travel pukul sepuluh. Saya bangun dengan linglung. Kepala saya agak berat. Saya melihat keluar jendela. Ada semburat jingga di langit Semarang. Matahari bulat keemasan. Rasanya saya tak ingin pulang. Ini sudah seperti pulang.

Kakak berjanji akan ke hotel lagi sebelum kami berangkat. Setelah membeli beberapa donat untuk bekal di perjalanan, saya dan Mama duduk menonton TV. Sudah mandi, sudah siap pulang. Mendadak ponsel Mama berbunyi. Telepon dari travel yang berkata kami dijemput lima menit lagi. Kaget. Ini masih jam delapan! Mama protes karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Saya diam. Kakak belum ke sini. Kami belum sempat berfoto. Mama meminta dijemput setengah jam lagi. Saya berpakaian dengan enggan. Berharap tiba-tiba kakak datang. Tapi ternyata tidak. Saya meneleponnya. Ia bilang masih di rumah. Saya mau pamitan di telepon, tapi mata saya basah lagi. Saya sampai tak sanggup berkata-kata, saya kasih telepon ke Mama. Saya menangis. Merasa sedih, marah dan kesal. Saya masih ingin bertemu kakak saya lagi. Kakak berkata, "Udah, dhik. Jangan nangis terus. Nggak apa-apa. Nanti lain kali kita ketemu lagi,". Saya menangis seperti anak kecil yang tidak mau diajak pulang.

Akhirnya mobil travel datang. Saya tak berani menelepon Papa dalam kondisi sedih dan habis menangis seperti ini. Saya bersandar di jendela mobil, diam, menatap kosong ke depan. Sampai di Ungaran saya ketiduran. Perjalanan pulang lebih buruk daripada keberangkatan. Kami sampai di rumah pukul lima sore. Rasanya capek luar biasa. Untung saya mengantuk dan bisa tidur lebih awal. Malam itu saya tidur tanpa mimpi.

No comments:

Post a Comment