Thursday 18 April 2013

Penyulut Kenangan

Apa yang membangkitkan kenangan? Ia menjawab ingatan. Ia yang lain menjawab kesendirian. Sedangkan dia yang di sana menjawab hujan deras kala senja. Masing-masing memiliki cara tersendiri untuk membangkitkan kenangan. Masing-masing mempunyai apa yang kusebut penyulut, untuk membangkitkan kenangan. Kenangan apa saja. Kenangan yang disimpan. Kenangan yang terlupa. Kenangan yang sengaja dilupa. 

Kenangan yang disimpan. Kenangan yang dengan penuh sadar kau simpan pada laci-laci dalam kepalamu. Kenangan yang kapan pun kau mau untuk kau ingat bisa muncul dengan mudahnya. Lengkap dengan detil-detil dan remeh temeh yang kau lalui. Kenangan ini bisa menyenangkan. Bisa juga membuatmu menertawakannya karena malu. Tetapi ada juga kenangan perih yang sengaja disimpan. Yang begini biasanya menyimpan dendam. 

Kenangan yang terlupa. Ketika sebuah peristiwa kau lalui, kau mengingatnya di awal. Namun kala hidupmu berlanjut, dan kau merasa tak punya waktu luang untuk mengingatnya, kenangan itu sejenak hilang. Kenangan ini akan bangkit kala kau bertemu dengan sebuah penyulutnya. Mungkin kau melihat, mendengar, mencium, mengecap dan merabanya. Lalu sesuatu dalam kepalamu mendadak mengetuk-ketuk. Sesekali semua detil dalam kenangan itu langsung merekah terang. Tak jarang pula berupa kenangan semu. Yang mereka sebut dengan deja vu. Kau merasa pernah melihat, mendengar, mencium, mengecap dan merabanya. Tetapi butuh penyulut lain untuk membantumu membuat kenangan itu menjadi terang dan jelas. Yang ketika kau tak kunjung menemukannya bisa membuatmu gelisah penasaran, dan ketika akhirnya kau mendapatkannya bisa membuatmu melonjak begitu bahagia. 

Kenangan yang dilupa. Dengan sengaja memori itu dilupakan. Dihempas, dibuang, dilempar jauh-jauh. Biasanya berupa kenangan yang menyebabkan nyeri pada benakmu. Hingga kau memutuskan untuk tak mengingatnya lagi. Tetapi terkadang kenangan itu dapat muncul ketika kau bertemu dengan penyulut. Kalau kau bisa berdamai dengannya, maka tak akan mengganggumu begitu rupa. Tetapi kalau kau masih mendendam padanya, nyeri itu jelas akan datang. Membetotmu dengan kepalannya. Luka mungkin bisa sembuh, tetapi bekas itu masih ada. 

Penyulut kenangan. Lebih banyak berupa pendukung suasana saat kenangan itu dibuat. Bisa alunan lagu, yang kala kau mengalaminya dan lagu itu mengalun dengan santainya lalu kau dengarkan dengan seksama. Ketika kau mendengarnya terkadang bukan hanya ingatanmu yang membawamu ke sana. Tetapi juga rasanya. Mendadak dadamu sesak dan hatimu mencelos tak keruan. Saking begitu kau mendalami baik nada maupun liriknya. Tetapi lagu itu bisa juga membuatmu ingin tenggelam di dalamnya. Kau biarkan dirimu larut dalam kenangan lama, mensyukuri bahwa kau dikaruniai kenangan indah begitu rupa, tetapi juga sekaligus sedih karena tahu bahwa itu tak bisa terulang. 

Penyulut kenangan bisa juga berupa aroma. Saat kenangan itu kau buat, angin di sekitarmu menghembuskan aroma khas yang begitu kuat. Aroma tubuh, aroma hujan, segala macam wewangian. Ketika kau merindunya kau bisa menghadirkan aroma tersebut di sekitarmu. Endus dan hiruplah sesukamu. Tetapi yang begini malah menciptakan sendu. Karena betapa miripnya aroma itu, tetap tak akan sama bila tanpa memelukmu.

No comments:

Post a Comment