Wednesday, 21 December 2011

Ghost of You

I keep repeating this song today. Just found it randomly. I read the lyric and felt that it almost same with what I feel right now. I like this part :

And I'll never be like I was
The day I met you
Too naive, yes I was
Boy that's why I let you win
Wear your memory like a stain
Can't erase or numb the pain
Here to stay with me forever
and


One of these days
I'll wake up from this bad dream I'm dreaming
One of these days
I'll pray that I'll be over, over, over you
One of these days
I'll realize that I'm so tired of feeling confused
But for now there's a reason that
You're still here in my heart
Gosh, I feel so gloomy just because of that chat. Maybe that's why I think that this song is really represent me.

The Winner!

Never mean to arrogant, this is because I'm so happy. Last month I won two book quizes! One from Primadonna Angela, the author of Belanglicious and Resep Cherry. I won her newest book, Satsuki Sensei (with my name inside!). Then I won a review quiz from Atria, the young-adult publisher because I review one of their book, Prada and Prejudice.
Then, this month, TODAY, I win a pashmina from @hijabersmalang, Twitter account of hijabers malang community. Actually I'm the one of their member, but I win not because of it (I'm not sure they know me well).
Photo's later. I must prepare it all so you know that I'm soooo happy with it! :D

Monday, 19 December 2011

The Chat!

Too much sadness, too much tears, but that's the part of growing up. People teach you how to face the world. Just like me. When you're falling in love then you break up. Then you fighting with your ex, then you befriend with them again. You try to build back those relationship but they wont. Then you accept it and you enjoy it all. You shout out loud that you've move on but you're not. You realizing that you're still in the same place. Stuck. You still hoping that your ex would come back and say love you again. You sing the melody that you happy for them when they find a new relationship but in the deepest of your heart you crying.

This is really happened to me. I thought that I've move on. But I wake up and asking my self, what is move on exactly? What a fool, I don't know it. I thought that I forget and forgive him. But I'm still feel that heartbeat when he called me, when he texted me, when I met him. I screamed when I saw his picture with his new GF.

Just like Inception, I save the deepest memory about us. I thought that he forget it all. But I knew, he's not. It's proven by chat this morning between us :

Him : where are you now?
Me   : at my boarding house. why?
Him : don't you go home?
Me   : nope. I'm just went back home twice a week.
Him : that sounds great.
Me   : great? I'm tired..
Him : oh, so you have tired too?
Me   : that sounds sarcasm :S
Him : :)

That means a loooooot for me. Why? We broke up because he felt that I was too busy, seems like I didn't have tired. He felt that I couldn't make a time for him, just us two. I tried. But sometimes I really enjoy my rush. With that oh so you have tired too sentences means that he still remember my habit, my passion, the reason why we broke up. And that :) means that he hide something about us FOR YEARS! From this, I know that I didn't know him much. He looks like he don't care with anything. He looks like he don't wanna think about it. He looks like he forget it all. But he's not....

Saturday, 3 December 2011

#DearPapa - a letter to the Guardian

Sabtu, 3 Desember 2011

Dear Papa,
Papa lagi apa? Pasti sedang menonton TV sambil menunggu sms dariku kan? Maafkan aku tak pandai berkata-kata untuk sms denganmu. Bukannya aku tak sayang lagi padamu, atau mengabaikanmu. Aku hanya bingung dengan diriku sendiri. Aku bingung bagaimana menyampaikan perasaan sayangku padamu.

Papa, aku yakin Papa kangen banget sama aku dan Mama.
Aku juga, Pa. Aku kangen banget sama Papa. Tahukah, Pa? Mama juga kangen sama Papa. Meskipun kalian sekarang tak lagi bersama, percayalah, cinta Mama sebenarnya hanya untuk Papa. Tapi keadaan lah yang memaksa begini. Dan aku bangga dengan kalian, karena bisa melewati ini dengan baik, dan masih menyimpan cinta itu. Cinta yang tumbuh tiga puluh tahun yang lalu. Cinta yang melahirkanku.

Papa, ingatkah?
Ketika kita bertiga pergi bersama, membeli buku bahasa Inggris untukku. Aku menangis sambil menggenggam buku cerita bergambar yang kumau, tapi tak diperbolehkan Mama. Kau kesal, lalu mendorong tubuhku dengan kakimu agar berdiri, tapi aku menganggapnya sebagai tendangan? Aku tak marah, dan maafkan aku yang salah paham. Aku masih ingat lho, judul buku itu. The Wizard of Oz.

Papa, aku masih ingat.
Betapa kau menyayangiku. Sayangmu padaku begitu besar. Setiap pulang dari Jakarta, kau membawa banyak hadiah untukku. Dan kau berikan padaku secara berkala. Aku menganggapnya sebagai kejutan tiada habisnya. Seakan koper Papa adalah kantong ajaib Doraemon. Yang setiap saat menyimpan berbagai kejutan dan hadiah untukku. Kau tahu dulu aku suka Sailor Moon. Kau hafal aku dulu suka Westlife, sampai sekarang. Aku juga ingat ketika aku menginap di kantor Papa dulu. Aku tidur di karpet, di bawah meja komputer. Dan kau menjagaku semalaman. Ketika pagi menjelang, kau ingatkan aku untuk meminum obatku. Obat yang kala itu tak boleh absen kuminum, untuk mengobati jantungku. Syukurlah, berkat doamu, aku sembuh, dan bisa berlari tanpa takut sesak nafas lagi.

Papa, masih ingat juga?
Ketika Papa mandi, dan aku mengira Papa akan pergi. Aku berdandan karena aku kira akan kau ajak. Memang aku diajak. Tapi ternyata Papa mengajakku pergi tidur. Aku marah. Aku merasa kau bohongi. Aku menangis hingga tertidur di kamar Om Wid. Juga ketika Papa sedang istirahat dan aku bermain di mobil. Tanpa sengaja mobil berjalan sendiri dengan aku masih di dalam sendirian. Aku yakin kau cemas.

Papa, aku juga masih ingat,
Ketika aku sakit, kau menjagaku di sampingku. Memijat kakiku, berharap panas tubuhku menurun dan aku berlari ceria lagi. Tertawa dan memelukmu lagi.

Papa, begitu banyak kenangan antara kita.
Tapi entah kenapa, aku tak bisa sms lebih dari sekedar membalas "Pagi, papa" setiap pagi. Aku seketika terdiam, tak bisa merangkai kata, untuk bercerita padamu, bagaimana aku sekarang. Aku ingin mengunjungimu. Tetapi keadaan di sana yang mengurungkan niatku. Aku tak ingin ada pertengakaran, Pa. Dengan orang yang menemanimu sekarang di rumah.

Papa, percayalah.
Sebenarnya aku menyayangimu. Sama seperti aku menyayangi Mama. Aku hanya tak pandai menunjukkannya.

Papa, ketahuilah.
Aku ingin menemuimu. Aku ingin memelukmu. Aku terus berdoa supaya Papa lekas sembuh. Bisa berjalan tanpa tongkat lagi. Bisa menggerakkan tangan lagi. Dan aku ingin bertemu kedua kakakku. Aku ingin bisa akrab dengan mereka, Pa. Aku tak peduli dengan masa lalu Papa, mereka dan aku. Aku ingin mereka menganggapku adik. Semua sudah berlalu. Aku ingin mereka dan aku berdamai. Karena bagaimanapun, darah Papa mengalir dalam nadi kami. Dan aku selalu berdoa untuk itu. Kalaupun mereka belum menerimaku saat ini, aku siap kapan pun mereka mau menerimaku. Aku siap memeluk mereka dan memelukmu juga, Pa. Kapan saja.

Papa, I Love You. Aku bangga memiliki namamu di nama tengahku.

Your daughter,
Dhita


Sunday, 27 November 2011

Sang Terpilih

Kalau bercerita masalah buku favorit atau buku yang paling mengubah hidupku sebenarnya ada banyak. Jujur aku tak bisa menentukan mana yang bisa aku review karena banyak sekali buku yang mengilhamiku baik untuk menulis ataupun untuk semakin peka dan tanggap dengan sekitarku.

Tapi tentu aku harus memilih bukan? Maka pilihanku jatuh pada buku Harry Potter. Buku yang telah menghidupi J.K Rowling dan keluarganya, buku yang telah diangkat menjadi film layar lebar dan menjadi box office, buku yang memiliki penggemar hampir di seluruh lapisan dunia ini menjadi salah satu buku yang menjadi favoritku sepanjang masa.

Awal kemunculan anak laki-laki berkacamata itu ketika aku masih kelas enam SD. Meskipun aku kutu buku, tapi saat itu aku tak terlalu menaruh minat pada buku tebal satu itu. Aku masih terlena dan terpukau dengan karya-karya Enid Blyton. Tapi hampir semua teman sekelasku ternyata menggandrunginya. Bahkan salah satu temanku berinisiatif untuk memberi kami julukan sesuai tokoh Harry Potter. Kala itu aku mendapat peran Hedwig. Hahaha. Aku hampir protes, tapi kemudian aku tahu bahwa Hedwig itu pintar dan cantik, maka aku terima saja.

SMP aku mulai ’mencoba’ membaca Harry Potter. Dan aku ketagihan. Tak ada satu titik pun yang terlewat. Aku pernah diam-diam membaca Harry Potter and The Order of Phenix di kamar, karena Mama sensi sekali kalau aku baca novel.

Aku menikmati saat J.K Rowling menjabarkan menu sarapan di Aula Besar. Aku merutuk Draco ketika mencemooh Harry. Tertawa ketika Ron berceletuk jenaka. Terharu ketika Hagrid memeluk saying Harry. Menangis ketika Sirius mati.

Biasanya, kalau sudah membaca sekali dua kali, membaca ketiga kalinya tak akan sama lagi. Beda dengan Harry Potter! Saat mau menghadapi ujian, aku akan meraih buku kelima dan membuka bab “Ujian OWL”. Aku beri tanda di mana sejarah Hogwarts diceritakan. Aku suka sejarah. Dari sejarah kita bisa belajar dan mengetahui siapa kita sebenarnya. Termasuk sejarah Hogwarts dan sejarah Harry Potter.

Sejak SD aku dikenal kuper. Dan aku tak menyadari, aku sering mengalami bullying dibelakangku. Tidak secara fisik, tentu. Tapi secara psikis, di mana aku diolok dan digunjingkan di belakangku. Dan itu berlangsung hingga SMA. Aku yang sudah kebal ini malah makin menenggelamkan diriku dalam membaca. Tempat di mana aku bisa mengetahui banyak hal dan tak perlu takut digunjingkan.

Ketika SMA, aku mengenal aplikasi chatting mobile, Mig33. Karena aku menyukai Harry, tentulah aku mencari room Harry Potter. Aku mengenal banyak orang di room itu dan rata-rata mereka seumuranku. Ternyata kami cocok. Kami membicarakan Harry Potter mulai dari novel, film hingga merchandise. Tak hanya Harry Potter yang kami diskusikan, tapi juga hal-hal lain yang sedang hangat.

Makin ke sini perkembangan teknologi komunikasi makin banyak. Mulai dari Friendster, kemudian Facebook, Twitter dan Plurk. Karena kami udah akrab, kami tanya-tanya, pada punya akun di FB nggak? Punya akun di Twitter nggak? Dan ternyata kebanyakan dari kami punya akun di social media mana aja. Jadi temen di FB, Twitter, FS, sama Plurk ya itu-itu aja yang di Mig33. hahaha.

Seperti yang aku ceritakan, karena aku terlalu cuek menghadapi bullying maka aku konsen banget sama temen-temen aku di social media. Ketika aku mengeluh tentang perlakuan temen-temen aku di sekolah, aku curhat ke mereka. Mereka mendengarkan (membaca sih tepatnya), menghibur, bersimpati dan kadang memberikan solusi yang menenangkan. Mereka jadi tempat pelarian aku ketika aku mempertanyakan realita.

Jadi agak ngelantur. Tapi ini udah mau sampe inti, kok! Karena ke-solid-an kami di dunia maya, kecintaan kami pada Harry Potter, banyaknya kesamaan dan intensitas kami di social media membuat kami memutuskan untuk menamai perkumpulan kami dengan nama D’Phoenix. Diambil dari Order of Phoenix atau Laskar Dumbledore, pasukan Dumbledore yang siap membela kebenaran dan melawan kejahatan. Dari mereka aku mengerti arti persahabatan. Dari mereka aku merasakan hangatnya persahabatan. Dari mereka aku merasa nyaman dan kuat menghadapi bullying. Dengan mereka aku semakin memperluas wawasan. Dengan mereka aku bisa tertawa.

Juli tahun lalu aku mengunjungi Tante-ku di Jakarta. Kesempatan ketemu anggota D’Phoenix Jakarta! Kami mengadakan kopdar dan meski kami baru pertama bertemu muka, rasanya kayak udah kenal sejak kecil. Ada aja yang diomongin. Ada aja yang diributin. Ketika kami pernah ditertawakan dunia, kami berkumpul dan ganti menertawakan dunia.

Persahabatan kami makin solid. Jarak jauh nggak jadi masalah. Film terakhir Harry Potter membuat kami sepakat nobar di masing-masing daerah. Kita sharing foto nobar. Ngomentarin perbedaan film dan novel. Ngetawain adegan George yang mergokin Harry dan Ginny ciuman di dapur (mooooorning... XD), nangis bareng ketika adegan Papa Snape mati (hiks ;____;).

Sampai sekarang kami masih saling kontak di Twitter, Plurk dan Facebook. Kami mengenang momen di mana kami ber-kyaaaa kyaaa bareng kalau ada salah satu yang nemu merchandise Harry Potter, ketika kami berburu novel terbarunya, ketika kami menemukan anything funny terkait Harry Potter.

Harry Potter nggak Cuma sekedar novel buatku. Harry Potter nggak Cuma sekedar novel best seller yang membuatku jadi punya banyak teman dan bahan obrolan. Harry Potter, dengan kisah persahabatan trionya dengan Hermione Granger dan Ron Weasley, juga menorrehkan cerita persahabatanku sendiri. Di mana kami nggak pernah saling mencela, dan hanya diisi dengan candaan, tawa, simpati, empati, sinergi, energi positif, dan saling menerima apa adanya. Kami tak pernah mempermasalahkan latar belakang masing-masing. Asal tak membuat masalah, saling mendukung dan ’memeluk’, bagi kami itu merupakan hal yang sungguh luar biasa. Kami tak perlu berpura-pura menjadi orang lain untuk diterima menjadi salah satu dari D’Phoenix.

Begitu berartinya D’Phoenix buatku hingga aku membuat sebuah video clip dengan lagu Hold My Hand-nya Michael Jackson ft. Akon (link terlampir di email). Salah satu teman kami juga berinisiatif berbisnis merchandise buatan sendiri, Wand kayu yang bisa menyala dan kaus glow in the dark dengan label Diory Shop.

Aku pribadi menyukai seri Harry Potter nomor tiga (Harry Potter and The Prisoner of Azkaban), nomor lima (Harry Potter and The Order of Phoenix) dan nomor tujuh (Harry Potter and The Deathly Hallow).

Aku kagum banget sama J.K Rowling karena ia sangat memperhatikan detail dan sungguh menakjubkan bagaimana detail yang bisa terlupakan itu ternyata berkaitan satu sama lain. Siapa yang menyangka bahwa Horcrux Voldemort ada di Diadem Ravenclaw? Siapa yang mengira bahwa kalung Slytherin yang disimpan dan kemudian dibuang Harry dari lemari di rumah Sirius ternyata menyimpan Horcrux Voldemort? Detail kayak gitu dan ternyata di akhir cerita merupakan suatu hal yang sangat penting merupakan sebuah kemampuan yang luar biasa buat penulis. Apalagi kalau mengingat Harry Potter sendiri lahir dari perjalanan J.K Rowling dengan kereta. Bisa saja ia hanya sebuah buku dongeng anak-anak. Tapi seiring bertumbuhnya para fans menjadi remaja bahkan dewasa, Harry juga ikut tumbuh, dan ceritanya tak lagi menjadi cerita dongeng anak-anak.

J.K Rowling telah menyuguhkan cerita tentang cinta, persahabatan dan pertarungan dengan kata-kata yang lucu, mengharukan dan mendebarkan di tiap seri buku Harry Potter. Mengilhami berjuta manusia untuk menulis, entah menulis untuk orang lain maupun menulis hidupnya sendiri dengan persahabatan yang disatukan oleh kisah seorang anak laki-laki yatim piatu penyihir, Sang Terpilih, Harry Potter.

Anindhita Rustiyan


*cerita ini diterbitkan di buku #read2share, proyek dari nulisbuku.com*

Tuesday, 15 November 2011

Movie Review : "Sang Penari"


sampul asli novel trilogi "Ronggeng Dukuh Paruk"


poster film "Sang Penari"


baru saja nonton film yang diangkat dari novel trilogi berjudul Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.Film ini dibintangi Nyoman Oka Antara, Prisia Nasution, Lukman Sardi, Happy Salma, Slamet Rahardjo dan Tio Pakusadewo.
Film ini menceritakan tentang Srinthil (Prisia Nasution) yang ingin menjadi ronggeng di Dukuh Paruk sebagai balas jasa terhadap leluhur desa dan ingin membersihkan nama almarhum orang tuanya yang dianggap meracuni warga sekampung dengan tempe bongkrek buatannya. Rasus (Oka Antara) yang mencintai Srinthil sejak kecil, tidak setuju Srinthil menjadi Ronggeng, karena profesi itu tidak hanya mewajibkan Srinthil menari, tetapi juga menjadi milik warga satu desa. Rasus yang merasa kesal karena tidak bisa berbuat apa-apa, memutuskan untuk menjadi tentara.
Dukuh Paruk yang mayoritas warganya buta huruf, terbuai dengan ajakan seorang pria dari kota yang membawa pembaharuan. Namun ternyata warga Dukuh Paruk dijadikan salah satu desa pengikut Partai Komunis. Hingga akhirnya terjadi pemberontakan G 30 S yang membuat warga satu desa ditangkap tentara. Rasus berusaha mencari Srinthil, namun akhirnya ia menemukan Srinthil sepuluh tahun kemudian. Rasus tetap menjadi tentara sedangkan Srinthil tetap menari dari pasar ke pasar.
Ditengah banyaknya film lokal horor seksis yang beredar, film ini menjadi salah satu film yang mengangkat sastra Indonesia yang bisa mendorong masyarakat untuk melestarikan sastra Indonesia serta menunjukkan potret sejarah Indonesia dari sudut pandang masyarakat pinggiran.

four thumbs up!! *angkat dua jempol tangan dan angkat dua kaki*

Monday, 17 October 2011

Tak Pernah Lega Menangisimu

baru saja hujan
senangnya
aku berpelukan dengan hujan
melepas rindu setelah sekian lama

tapi lalu aku mengingatmu
aku juga merindukanmu
setelah sekian lama berlalu
masih juga rindu menelusup

ingatkah aku pernah berkata
aku merindukan suasana sendu yang dibawa hujan
juga rasa lega yang ditinggalkannya
sama seperti ketika menitikkan hujanku sendiri

tapi berbeda kala aku menangisimu
hujanku selalu datang ketika aku mengingatmu
sendu dan sedih itu memang ada
tapi lega tak pernah ditinggalkannya

tak pernah lega aku menangisimu
tak pernah puas aku menitikkan air mata untukmu
tak hanya gerimis dan rintikkan
tapi deras, hingga menciptakan sungai yang sama derasnya
yang menghanyutkanku dalam kesedihan tak berkesudahan

aku mencintaimu
sangat mencintaimu
aku mencintaimu sama seperti Romeo pada Juliet
aku mencintaimu sama seperti Edward pada Bella
adiktif, dan abadi

cintaku melebihi dalamnya samudra
melebihi tingginya langit di angkasa
melebihi luasnya dunia
lebih dari wilayah kata cinta

senggol aku sedikit dengan hal kecil
yang menarikku ke masa lalu saat engkau ada
maka hujanku akan turun
lengkap dengan badai yang menggetarkan bahuku
dan menyesakkan dadaku

sebut aku berlebihan
panggil aku hiperbola
tapi memang begitu adanya



dedicated to my beloved Grandma, who always will be in my heart, although you left me ten years ago

Sunday, 16 October 2011

Hujan

hujan
aku merindukanmu beberapa hari ini
apa kabarmu?
tak rindukah kau padaku?

aku merindukan suasana sendu yang kau bawa
juga rasa lega yang kau tinggalkan
sama ketika aku menitikkan hujanku sendiri

apakah aku tak cukup membanggakan hingga kau tak terharu?
atau apakah menurutmu aku baik-baik saja hingga tak perlu kau tangisi?

mungkin kau sibuk, mungkin kau tak punya waktu
aku tahu kau tak suka dikekang, begitupun aku
kau suka berpetualang
mencari jiwa yang sedang tak tenang
lalu kau sembuhkan dan kau menghilang

meskipun kadang aku kesal
kala kau terlalu posesif mengenal
tak kunjung juga kau ijinkan matahari bersinar
dan kau tertawa kecil melihatku basah dengan aromamu menguar

aaaah, aroma
aroma yang hanya milikmu
yang tak bisa dipalsu
ingin rasanya dalam-dalam kuhirup
kusimpan dalam paru-paru

aromamu yang segar sekaligus melegakan
mendekapku dengan erat dan nikmat
seperti pasangan yang terlelap dan terbangun bersama keesokan harinya

aaaah, sungguh aku merindukanmu
mampirlah sesekali kemari
akan kuseduhkan teh dan ceritakan perjalananmu yang kemarin
yang membuatmu terlambat datang ke sini

Monday, 25 April 2011

dawai emosi dan logika

pernahkah kau mengalami hal sesedih ini? aku pernah
pernahkah kau mengalami hal sehampa ini? aku pernah
pernahkah kau berusaha untuk bertahan? aku pernah
pernahkah kau merasa begitu gagal hingga kau merasa bahwa kau patut untuk lenyap?
pernahkah kau merasa begitu berhasil hingga kau merasa bahwa kau patut untuk bersombong?

atas nama cinta, emosi menyetirmu sedemikian mudah
memutar fakta bagaikan memutar roda sepeda
memainkan dusta semudah menghirup udara

atas nama cinta, emosi mendiktemu dengan indah
air mata digulirnya bagai air sungai ke lautan
amarah disulutnya seperti petir menyambar pucuk pohon di hutan

atas nama cinta, logika tak lagi berlaku
ia hanyalah setumpuk daun kering di sudut
teman dipandangnya sebagai musuh

atas nama cinta, logika tak dapat bersuara
alunan tegasnya tertutup melodi emosi yang lembut lagi memuja
eloknya persahabatan tertiup desah angkara

cinta, begitukah kau memberi nama?
dengan dalih cinta, persahabatan dipertaruhkan

manusia diciptakan Ilahi dengan sifat dasar nan buruk rupa
namun Tuhan berbelas kasih dengan meniupkan roh dan memberi akal
agar bagaimanapun hatimu panas dikobar
logika masih bisa berusaha memadamkan

namun akal pun bermuka dua
ia bisa bersikap dewasa
tapi dapat pula memaksa

tidaklah bijak balas berseru
jika di dalam dadamu pun masih beradu
diam pun tak bisa pula kau lakukan
karena alasan masih diperlukan